Selasa, 31 Mei 2011

Makanan Bermanfaat Merawat Otak

Muslim Muda…Otak memerlukan 50% dari seluruh kebutuhan energi atau tenaga dalam tubuh. Kurangnya nutrisi otak,seperti multivitamin, asam amino dan mineral sangat mempengaruhi daya maksimal otak.
Muslim Muda…Otak merupakan organ vital bagi manusia. Berbagai potensi dan kemampuan dikendalikan dari otak. Berbagai upaya pun dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi otak, terutama pada anak-anak. Tiga prinsip untuk mengoptimalkan fungsi otak adalah nutrisi, stimulasi dan emosi .
Berikut ini adalah beberapa nutrisi yang sangat baik dikonsumsi untuk merawat dan mengoptimalkan fungsi otak

Kuning Telur
Makanan untuk perkembangan otak dan memori melimpah di kuning telur. Inilah mengapa anak di bawah usia tujuh tahun dianjurkan mengonsumsinya, karena area yang mempengaruhi daya ingat masih berada pada tahap awal perkembangan.

Kacang
Kacang banyak mengandung vitamin E yang bisa membuat otak sehat,sehingga membantu mencegah kehilangan memori akibat penuaan

Omega-3
Asam lemak omega-3 akan diolah menjadi DHA. Mengkonsumsi bahan makanan yang kaya akan asam lemak omega-3 maupun DHA akan melancarkan pengiriman sinyal di otak. Rendahnya tingkat DHA dapat menyebabkan kehilangan memori, kurang konsentrasi atau gangguan suasana hati. Kenari, ikan salmon adalah contoh beberapa bahan makanan yang kaya omega-3.

Kacang Mete
Kacang mete kaya magnesium yang memungkinkan produksi oksigen ke sel otak meningkat.

Biji Kopi
Biji kopi kaya akan vitamin, mineral, antioksidan dan asam amino. Beberapa penelitian menunjukkan, minum kopi secara teratur dapat mengurangi resiko demensia. Sebuah penelitian di Korea Selatan bahkan mengungkapkan bahwa kopi mengandung zat yang dapat memperlambat pertumbuhan tumor otak.

Berry
Stroberi mengandung fisetin disebut flavonoid yang dapat meningkatkan kerja memori di otak. Semua jenis berry, termasuk blueberry, blackberry, juga kaya antioksidan yang dapat membantu mengurangi stress di otak. Semakin gelap warna berry, semakin kaya kandungan antioksidan.

Penyusun : Ummu Hatim Luniet Anggrieta, S. Ked dari artikel  muslimah.or.id
Baca Selengkapnya

Senin, 30 Mei 2011

Tips Memilih Kampus Favorit

Muslim Muda…alhamdulillah rentetan ujian telah dilalui, saatnya berpikir untuk masa depan yang lebih gemilang (ini bukan ngomongin nikah loh). Status Putih Abu-abu telah terselesaikan saatnya menuju gerbang yang lebih tinggi yaitu MAHASISWA.
Muslim Muda…saatnya melirik Perguruan Tinggi. Tentunya kalian sudah pasti memiliki Universitas Favorit bukan? Tapi favorit dari segi apa? Nama besar suatu Universitas belum tentu menjanjikan, nah loh kalau gitu Universitas apa yang menjanjikan? Berikut beberapa tips memilih Perguruan Tinggi (PT)

1.Sesuaikan dengan Cita-cita, bakat dan Minat

Kalian tentunya memiliki cita-cita bukan? Untuk meraih cita-cita otomatis harus sesuai dengan jalur pendidikannya, kalau kalian bercita-cita menjadi Guru otomatis harus mengambil jurusan Pendidikan, kalau bercita-cita ingin menjadi dokter otomatis mengambil fakultas kedokteran, kalau bercita-cita menjadi seorang engineer otomatis harus memilih Fakultas Teknik, dll.

Bakat dan minat merupakan salah satu faktor utama dalam memilih PT, soalnya kalau dipaksain malah jadinya kuliah merupakan aktivitas yang membosankan. Kalua kalian suka dengan Biologi maka silahkan melirik jurusan pertanian, biologi atau kedokteran. Kalau kalian suka dengan fisika maka kalian boleh melirik teknik elektro, teknik industry atau teknik informatika.

Kalau bingung dengan bakat yang kalian miliki, silahkan konsultasikan ke ortu, senior atau guru kalian.

2. Biaya

Seringkali universitas yang kita inginkan tidak sesuai dengan keadaan keuangan orang tua kita. Kuliah di Perguruan Tinggi memiliki beberapa hal biaya yang harus diperhatikan : diantaranya biayanya seperti uang pendaftaran, uang gedung, spp, uang praktikum, dll. Yang lebih nggak bisa diperkirakan adalah biaya mendadak seperti fotokopi, beli buku, ataupun transportasi. yang perlu juga dipertimbangkan adalah apabila kita kos karena faktor jarak.

Nah.. saatnya kalian melirik universitas atau PT yang memiliki peluang beasiswa, siapa tahu aja kamu termasuk penerima beasiswa tersebut. Kan enak kuliah gak perlu repotin ortu.

3. Prospek Masa Depan
Jurusan yang kalian pilih harus memiliki prospek masa depan yang bagus, kan percuma kuliah kemudain prospek jurusanya kurang menjanjikan (walaupun rezki ada ditangan Allah, tapi kudu berusaha)

4. Reputasi Kampus
Penting banget nih buat kalian, jangan sampai reputasi kampus favorit kalian sudah tercoreng didunia pendidikan bahkan di dunia kerja. Biasanya reputasi kampus tercoreng karena ulah Mahasiswanya (seperti berdemo)

5. Akreditasi Program Studi
Pada tahun-tahun sebelumnya kamu kenal dengan status disamakan, diakui ataupun terdaftar, sekarang ini ada yang dinamakan dengan status akreditasi. Status ini diberikan untuk program studi yang diselenggaran dan bukan pada keseluruhan jurusan/program studi pada suatu perguruan tinggi. Status akreditasi ini menentukan kemandirian suatu program studi dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Jadi jangan asal kampus, cari informasi minimal kampus itu berakreditasi B

6. Jalur dan Jenjang Pendidikan
Saat ini banyak sekali program pendidikan dengan berbagai jangka waktu tempuh pendidikan. Untuk Indonesia, kita memiliki 2 jenjang jalur pendidikan yaitu jalur akademik (strata 1, 2, 3) serta jalur profesional (diploma 1, 2, 3,4). Jalur akademik menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan, sedangkan jalur profesional menekankan pada keahlian tertentu.

7. Fasilitas Pendidikan
Hati-hatilah dengan tampilan fisik. Gedung megah dan ber-AC saja tidak cukup untuk menjamin berlangsungnya proses belajar mengajar yang baik. Fasilitas utama yang harus kami ketahui dalam suatu perguruan tinggi adalah seberapa baik dan bagusnya fasilitas seperti laboratorium (komputer, akuntansi, bahasa, dan lain-lain), bengkel dan perpustakaan yang dimiliki.

8. Link Dunia Kerja
Cari PT yang memiliki kerjasama yang bagus dengan beberapa perusahaan dan tentunya lihat forum alumni yang ada didalamnya, karena forum alumni tentunya akan menjadi link kita ke dunia kerja.

9. Minta restu sama ortu
Ini yang paling penting dan terpenting, mintalah restu dari orang tua kalian karena do’a ibu untuk anaknya pasti di kabulkan oleh Allah dan ridho Allah tergantung ridho ortu kita.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda "Ridho ALLAH tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka ALLAH tergantung kepada kemurkaan orang tua" (HR Bukhori, Ibnu Hibban, Tirmidzi, Hakim)

Penulis : admin rumah rohis dari beberapa sumber
Wallahu a’lam
Baca Selengkapnya

Sabtu, 21 Mei 2011

Cara Memotong Kuku Menurut Sunnah Rasul

Assalamu'Alaikum Sobat Ikramuh.

Kali ini, kita akan ngebahas Sunnah Rasul yang berhubungan dengan cara memotong kuku.


عن أبي هريرة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال الفطرة خمس الاختتان والاستحداد وقص الشارب وتقليم الأظفار ونتف الإبط -رواه مسلم
Daripada Abu Hurairah Radiyallahuanhu, daripada Rasulullah Sollallahualaihiwasallam, Baginda bersabda "Fitrah itu lima: Berkhatan, mencukur bulu ari-ari, memotong misai, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak." (Riwayat Muslim)







Saidatina Aisyah:
Sepuluh perkara dikira sebagai fitrah iaitu memotong misai, memelihara janggut, bersugi, memasukkan air ke hidung, memotong kuku, membasuh sendi-sendi, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu ari-ari, bersuci dengan air (beristinja), berkata Zakaria: Aku lupa yang ke-10 kecuali berkumur.
(Riwayat Muslim).

Anas bin Malik:
Sudah ditentukan waktu kepada kami memotong misai, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu ari-ari agar kami tidak membiarkannya lebih daripada 40 malam.
(Riwayat Muslim).

Menurut Imam Shafie:
Sunat memotong kuku sebelum mengerjakan solat Jumaat sepertimana disunatkan mandi, bersugi, berharuman, berpakaian kemas sebelum ke masjid.

Rasulullah Sollallahualaihiwasallam. bersabda:
Sesiapa yang mandi pada hari Jumaat, bersugi, berwangian jika memilikinya dan memakai pakaian yang terbaik, kemudian keluar rumah hingga sampai ke masjid, dia tidak melangkahi orang yang sudah bersaf, kemudian mengerjakan sembahyang apa saja (sembahyang sunat), dia diam ketika imam keluar (berkhutbah) dan tidak berkata-kata hingga selesai mengerjakan sembahyang, maka jadilah penebus dosa antara Jumaat itu dan Jumaat sebelumnya.
(Riwayat Ahmad).

Berkata Abu Hurairah R.A.:
Nabi Muhammad Sollallahualaihiwasallam. memotong kuku dan menggunting misai pada hari Jumaat sebelum baginda keluar untuk bersembahyang.
(Riwayat al-Bazzar dan al-Tabrani).


Hari yang baik buat potong kuku itu hari Senin, Kamis, dan Jum'at. Kenapa??
Walaupun ga ada hadis tentang itu namun hari hari yang sering digunakan untuk ibadah sunnah adalah hari-hari itu.

Nah menurut sabda Rasulullah begini, kalo kita motong kuku di masing-masing hari
hari ahad: niscaya keluar kekayaan dan masuknya kemiskinan
- hari senin: niscaya akan keluarnya gila dan masuknya sehat
- hari selasa; niscaya keluar daripadanya sehat dan masuknya penyakit
- hari rabu: niscaya keluar kekayaan dan masuknya kemiskinan
- hari kamis: niscaya keluar daripadanya gila dan masuknya sembuh dari penyakit
- hari jumat: niscaya keluar dosa-dosanya seperti pada hari dilahirkan oleh ibunya dan masuknya rahmat dari Allah SWT
- hari sabtu: niscaya akan keluar obat dan masuknya penyakit

dan adapun tata cara/urutan memotong kukunya:


  • tangan

1. Mulai dari Jari Telunjuk tangan kanan.
2. Jari Tengah tangan kanan
3. Jari Manis tangan kanan
4. Jari Kelingking tangan kanan (Tinggalkan Ibu Jari tangan kanan)
5. Jari Kelingking tangan kiri
6. Jari Manis tangan kiri
7. Jari Tengah tangan kiri
8. Jari Telunjuk tangan kiri
9. Ibu Jari tangan kiri
10. Ibu Jari tangan kanan

  • kaki

Mulai dari kanan, lanjut sebelah kiri yaitu kelingking kiri. Mulai dari Kelingking Kanan dan bergerak ke jari-jari lain di sebelah kiri jari kelingking kanan .

Itulah tadi tata cara memotong kuku menurut sunnah Rasulullah Sollallahualaihiwasallam semoga bermanfaat bagi kita semuah...... (^_^)
Baca Selengkapnya

Kamis, 19 Mei 2011

Justin Bieber Idola Baru Remaja

Siapa tak kenal penyanyi idola asal Kanada, Justin Bieber. Penyanyi ini masih berusia remaja, namun sudah bisa sejajar dengan para penyanyi senior lainnya. Bagi kalangan anak remaja anak baru gede (ABG) khususnya puteri, Nama Justin Bieber sudah pasti tidak asing di telinga mereka.
Pada tanggal 23 April ini, Justin akan menghentak Jakarta dengan tembang-tembangnya. Gara-gara kedatangannya di sebagian tempat seperti di salah satu mal di Jakarta terjadi antrean yang mengular demi mendapatkan tiket konser Justin.
Padahal harga tiket yang dijual termasuk mahal. Untuk kelas festival, harga tiket dipatok Rp 1 juta. Bahkan dikabarkan untuk ngantri saja, ada yang sudah ngantri sejak shuhuh, padahal loket pembelian tiket baru dibuka pukul 09.00 WIB.

Justin benar-benar jadi idola yang luar biasa. Padahal Justin hanyalah seorang remaja. Coba saja lihat sampai mesti ngantri untuk dapat tiketnya meskipun harus menunggu berjam-jam. Padahal jika kita perhatikan Justin sendiri bukanlah muslim. Yang patut kita ingat, kita diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk tidak mencintai (mengidolakan) musuh Allah dari kalangan orang non muslim. Allah Ta’ala berfirman,

 “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya” (QS. Al Mujadilah: 22).
Allah tidak akan perduli dengan kita apabila saling berkasih sayang atau mengidolakan non muslim, padahal di hari kiamat nanti tidak ada yang bisa menolong kita selain pertolongan dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Tidakkah kita renungkan pula bahwa seseorang akan dikumpulkan dengan orang yang ia cintai dan yang dijadikan idola. Dalam hadits riwayat Ath Thobroni, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 “Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum melainkan dia akan dikumpulkan bersama mereka pada hari kiamat nanti.
Bagaimana jika yang dicintai dan diidolakan adalah seorang penyanyi dan itu non muslim?!  Padahal orang non muslim yang meninggal kemudian masih tetap pada agamanya, maka tempatnya kekal selama-lamanya dalam neraka.

Semoga bisa jadi renungan! Seharusnya yang jadi idola dan yang dicintai adalah para Nabi, para sahabat dan orang sholih, maka engkau akan bahagia berkumpul bersama mereka.
Dalam riwayat dalam Shohih Bukhari, Anas mengatakan,
 “Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”
Anas pun mengatakan,
“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”
Catatan : Islam tetap memerintahkan kita untuk menghargai non muslim, tapi tidak dengan cara mengidolakan mereka.

Referensi : remajaislam.com
Baca Selengkapnya

Rabu, 18 Mei 2011

Besarnya Pahala Berbakti Kepada Ortu

Muslim Muda…Seorang mukmin yang berakal, sungguh sangat tidak pantas berbuat durhaka dan memutuskan hubungan dengan kedua orang tua, padahal ia mengetahui keutamaan berbakti kepadanya, dan balasannya yang mulia di dunia maupun di akhirat.

Muslim Muda…harta yang paling berharga didunia ini adalah orang tua, benar kan?? Untuk itu raih keutamaan berbakti kepada ortu.

Di antara tumpukan keutamaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Surga.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Sungguh kasihan, sungguh kasihan, sungguh kasihan.” Salah seorang Sahabat bertanya, “Siapa yang kasihan, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang sempat berjumpa dengan orang tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduanya, saat umur mereka sudah menua, namun tidak bisa membuatnya masuk Surga.” (Riwayat Muslim)
Beliau juga pernah bersabda:
“Orang tua adalah ‘pintu pertengahan’ menuju Surga. Bila engkau mau, silakan engkau pelihara. Bila tidak mau, silakan untuk tidak memperdulikannya.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dan beliau berkomentar, “Hadits ini shahih.” Riwayat ini juga dinyatakan shahih, oleh Al-Albani.) Menurut para ulama, arti ‘pintu pertengahan’, yakni pintu terbaik.

2. Keridhaan Allah, berada di balik keridhaan orang tua.
“Keridhaan Allah bergantung pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan Allah, bergantung pada kemurkaan kedua orang tua”

3. Berbakti kepada kedua orang tua membantu meraih pengampunan dosa.
Ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sambil mengadu, “Wahai Rasulullah! Aku telah melakukan sebuah perbuatan dosa.” Beliau bertanya, “Engkau masih mempunyai seorang ibu?” Lelaki itu menjawab, “Tidak.” “Bibi?” Tanya Rasulullah lagi. “Masih.” Jawabnya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Kalau begitu, berbuat baiklah kepadanya.”
Dalam pengertian yang ‘lebih kuat’, riwayat ini menunjukkan bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu, dapat membantu proses taubat dan pengampunan dosa. Mengingat, bakti kepada orang tua adalah amal ibadah yang paling utama.

4. Berbakti kepada orang tua, membantu menolak musibah.
Hal itu dapat dipahami melalui kisah ‘tiga orang’ yang terkurung dalam sebuah gua. Masing-masing berdoa kepada Allah dengan menyebutkan satu amalan yang dianggapnya terbaik dalam hidupnya, agar menjadi wasilah (sarana) terkabulnya doa. Salah seorang di antara mereka bertiga, mengisahkan tentang salah satu perbuatan baiknya terhadap kedua orang tuanya, yang akhirnya, menyebabkan pintu gua terkuak, batu yang menutupi pintunya bergeser, sehingga mereka bisa keluar dari gua tersebut. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)

5. Berbakti kepada orang tua, dapat memperluas rezki.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin rezkinya diperluas, dan agar usianya diperpanjang (dipenuhi berkah), hendaknya ia menjaga tali silaturahim.” (Al-Bukhari dan Muslim)
Berbakti kepada kedua orang tua adalah bentuk aplikasi silaturahim yang paling afdhal yang bisa dilakukan seorang muslim, karena keduanya adalah orang terdekat dengan kehidupannya.

6. Doa orang tua selalu lebih mustajab.
Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Ada tiga bentuk doa yang amat mustajab, tidak diragukan lagi: Doa orang tua untuk anaknya, doa seorang musafir dan orang yang yang terzhalimi.”

7. Durhaka kepada orang tua, termasuk dosa besar yang terbesar.
Dari Abu Bakrah diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Maukah kalian kuberitahukan dosa besar yang terbesar?” Para Sahabat menjawab, “Tentu mau, wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.” Beliau bersabda, “Berbuat syirik kepada Allah, dan durhaka terhadap orang tua.” Kemudian, sambil bersandar, beliau bersabda lagi, “..ucapan dusta, persaksian palsu..” Beliau terus meneruskan mengulang sabdanya itu, sampai kami (para Sahabat) berharap beliau segera terdiam. (Al-Bukhari dan Muslim)

Alhamdulillah. Mudah-mudahan semua diatas -dan tentunya masih banyak lagi- membuat kita lebih termotivasi untuk melayani kedua ortu kita.
So…..amalkan jangan abaikan

 Wallahu a’lam

Sumber : zona554.blogspot.com

Sumber yang saya ambil : Rumah Rohis
Baca Selengkapnya

Mari Berhenti Sejenak

Muslim Muda…Kita butuh waktu untuk melihat kondisi jiwa kita agar tetap stabil dan tahan dalam menghadapi segala-nya, kita terkadang lupa bahwa ada yang harus kita tengok dalam diri kita ,ruhiyyah kita. Kondisi ruhiyyah kita yang selalu membutuhkan suasana yang teduh, tenang sehingga ia akan menjadi kekuatan yang akan melindungi jiwa kita dari berbagai rintangan yang akan menghalangi kita, kita memerlukan nuansa ruhiyyah yang nyaman agar dapat berpikir jernih dan tetap semangat menjalani hidup ini.

Silahkan klik link dibawah ini untuk download :
Audionya
Videonya

Sumber : Rumah Rohis
Baca Selengkapnya

Sayang,Maaf Kita Putus

Muslim Muda..Buat komporin aja nih yang belum juga putus sama “pacar”nya, santai aja lagi kalo “pacaran” cuma buat seneng-seneng waduh yang cewek jangan mau coz, kalian yang dijadikan “objek” untuk kesenangan para kaum adam, dan para cowok kaya ga ada “maenan” lain apa?, ngapain bales dendam karena pernah disakitin (ga baik loo!). Lagi pula siapa suruh “pacaran” weeeeeeeeeeee.....
Kalian mau kenal pasangan lebih “dalam”? Buat apa? Kecocokan? semua tuh (mode sensor on).
“Mencari jodoh yang baik adalah senantiasa memeperbaiki
diri hari demi hari. Lalu kita menjemputnya dari tangan
Allah diiringi senyuman sang bidadari”
(Salim A. Fillah, gue never die)

Cihui, bagus kan? Jadi udah jelas banget kalo mau dapet jodoh yang baik yaa tinggal betulin diri kok “Pasangan kita adalah cerminan diri kita” (siiip dah). Pacaran adalah sesuatu yang indah tetapi yang begini nih yang ngerusak, pacaran sebelum nikah (uuuggghhhhh). Lihat kebiasaan orang pacaran telpon-telponan sampai larut malam (mentang-mentang nelpon “nyuntik”), bahkan kalo ngobrol bedua'an aja (ga ada orang di sekitar) omongannya jadi pada jorok deh (ngaku aja).

“sayang coba deh kamu kesini sekarang, nanti aku bukain deh dari jendela” (Gubrak)

Ngapain malem-malem beduaan di kamar? Ga mungkin maen PS kan?Inget kan kata ana sebelumnya “Kucing kalo dikasih ikan ya ga nolak donk”. Yang cewek pake baju tanktop celana BUPATI (tau kan?) yahhh laki-laki normal sih seneng ngeliatnya (yang normal loo).

“Sekali rezeki dua kali azab” Inget tuh kata Rasulullah , tapi bukan berarti lihat sekali ga lepas-lepas tuh mata ngeliat. Berpaling kek, nunduk kek, tokek kek (lho!) yang penting ga lihat lagi deh, anggap aja yang sekilas rezeki kita (Gubrak).


Yang ceweknya juga jangan dipamerin tuh berlian, namanya berlian yaa indah dan yang pasti mahal, udah tau mahal masih dilihatin kesembarang orang lagi (sadar dong say................ur!).

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Q.S.An-Nur:31)
Tuh jelas banget tata cara berpakaian untuk kalian para wanita dan lihat kata terakhirnya “supaya kamu beruntung”, Pencipta kita loooh yang ngomong jadi kalo para wanita ga nurutin kaya diatas berarti sial, contoh : digodain sama cowok (Inget! Kucing........), mata orang jelalatan ngeliatin (Risih ga sih?) dan penderitaannya lagi diperkaos (ngertikan?) abis itu dibunuh (ihhh serem)belum selesai tuh penderitaannya di kubur pasti disiksa (seyem banget) dan lengkap deh masuk neraka (hiks).

Inget kawan neraka tuh suuuangat panas walaupun di musin salju sekalipun. Anggap ga dibunuh siap nanggung aib seumur hidup, 7 turunan 8 tanjakan 2 belokan (lho)?.Yang cowoknya juga jangan seneng dulu merasa kebela (wajar kita kan sejenis :D), jaga pandangan kalian dan yang penting sadarkan orang rumah kalian soal ini, pasti punya ibu kan atau saudara perempuan.

Sadarkan dulu orang rumah kita agar taat, apalagi kalian punya “kekuasaan” sebagai laki-laki dan kakak dirumah ( guee banget tuuuh), “ajak” adik kalian buat pake hijab, berbicaralah yang sopan dan baik dengan ibu kalian dan lakukan terus-menerus walaupun mereka bosan dan gerah, lakukan terus.

Jadi kembali lagi kepada sang pacar (:D) Sayang, kita putus! Kalian pasti siap dan bisa cayoooooo....


KALIAN PASTI SIAP DAN BISA !
Buat para cewek rugi pacaran emang siapa dia berani pegang tangan kamu, cium kamu dan “cemek-cemek” kamu, kamu tuh mahal,jangan gara-gara diajak nonton sama makan aja udah luluh (huuuuuu). Yang cowok juga ngabisin duit aja sih bahkan sampe berlutut “mengemis”cinta kemana harga diri looooo(malu kang).

Jomblo bukan aib, jomblo juga bukan penyakit dan jangan takut dibilang homo gara-gara ga pacaran (hiks). Jomblo tuh trend, jomblo tuh bebas dan jomblo tuh normal lagipula “jomblo bukan berarti ga laku”.Pulsa kita jadi hemat, waktu tidur kita lebih banyak (kantong mata tuh dah gede).

Khusus buat para cowok, memang kalau sudah ketagihan pacaran apalagi udah level 10 wah susah banget, minta ampun susahnya tapi buktinya ana bisa, berarti kalian juga pasti bisa. Ciuman enak? Enak, Memeluk enak?Enak, Meraba-raba(gelap bang?) bahkan sampai tiiit.., semua itu bisa kita “hilangkan” sementara sampai kita siap untuk kewajibannya (jangan mau enaknya doank).
“Tiga kunci kebahagiaan seorang laki-laki: Isteri shalihah yang dipandang membuat semakin sayang, jika kamu pergi membuatmu merasa aman kerena bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu. Kendaraan yang baik yang bisa mengantar kemanapun pergi. Dan, rumah yang lapang, damai, penuh kasih sayang...”(HR Abu Dawud)

Dan masalah mendapatkan ketiganya sepertinya sudah jelas deh, untuk mendapatkan yang pertama inget kata mas Salim yang diatas dan masalah yang kedua juga udah di jawab kok
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(QS At-Taubah:105)

Tuntas deh kejawab semuanya, Tinggal Kalian yang belum putusin si doi saatnya PUTUS! Jangan takut Allah beserta kalian! Jadilah orang-orang yang beruntung dengan mengikuti MUTLAK kata-kata Allah dan RasulNya.

SAYANG HARI INI KITA PUTUS, KU HARAP KAU MENGERTI !
(PASTI BISA)

Penulis : Ruby Firdauz

Sumber : Rumah Rohis
Baca Selengkapnya

Agar Ingatanmu Bisa Kuat

Masih muda kok udah pikun? Muslim Muda… pasti gak mau khan mendapatkan gelaran pikun? Yah, ingatan memang sangat penting, bukan saja karena kamu ogah disebut kayak nenek-nenek yang pikun, tapi juga karena memang banyak hal yang akan ditunjang sama ingatan yang oke. Hmm..., gimana yah, biar ingatan bisa kuat???

1.     Tidur Cukup
Ini berhubungan sengan suplai oksigen ke otak kamu, kalo kurang, konsen kamu juga bisa kurang, jadi bisa mengganggu ‘data’ di otak kamu. Tapi jangan tidur berlebihan juga lho!
2.   Jangan Stress
   Stress bisa bikin kamu tertekan dan mengganggu kesehatanmu juga pikiranmu. Ujung-ujungnya begitu pula dengan ingatanmu. So, jangan stess dong!
3.   Perhatikan Vitamin & Obatmu!
      Jangan sembarangan mengkonsumsi vitamin atau obat, bahkan yang katanya bisa menambah daya ingat kamu, jangan sampai justru tambah bikin kamu pelupa lho !
4.    Olahraga Yuuk!
     Olahraga  dapat menggerakkan otot-otot dan melancarkan peredaran darah ke otak. Makanya, daya ingat kamu juga akan menjadi lebih baik. Berolahragalah walaupun sekadar berjalan kaki!
5.   Banyak Baca
   Jadikan kegiatan membaca sebagai kegiatan harian. Membaca dapat meluaskan pengetahuan, mengembangkan pikiran  dan menajamkan daya ingat. Trus, coba ingat sedikit-sebanyak fakta yang terkandung di dalam bahan bacaan!
6.    F.O.K.U.S
   Daya ingat dapat diperkuat  kalo kamu sering fokus dalam sesuatu. Kamu juga bisa belajar fokus dengan menujukan pikiran pada suatu topik dan  mencatatkannya
7.    Baca Al-Qur’an
Amalkan membaca Al-Quran walau hanya sehalaman setiap hari atau bahkan kurang dari itu. Membaca Al-Quran dapat menerang jiwa, menenangkan perasaan dan menajamkan daya ingatan dengan lebih baik.

Sumber : http://fummakassar.multiply.com/
 
Sumber yang saya ambil : Rumah Rohis
Baca Selengkapnya

Ternyata Al Qur’an Bisa Menghilangkan Depresi

Muslim Muda…kalau kalian pernah baca artikel rumah rohis ternyata musik bisa menyebabkan depresi maka paralel dengan tulisan ini ternyata dengan membaca Al Qur’an akan menghilangkan depresi
Membaca Al Qur’an bisa menjadi solusi untuk depresi, ada sebuah cerita yang terkenal akan keutamaan membaca ini.
Seorang muslim tua Amerika tinggal di sebuah area perkebunan area di sebelah timur Pegunungan Kentucky bersama cucu laki-lakinya.
Setiap pagi sang kakek bangun pagi dan duduk dekat perapian membaca Al-qur’an. Sang cucu ingin menjadi seperti kakeknya dan memcoba menirunya seperti yang disaksikannya setiap hari.
Suatu hari ia bertanya pada kakeknya: ”Kakek, aku coba membaca Al-Qur’an sepertimu tapi aku tak bisa memahaminya. Dan walaupun ada sedikit yang aku pahami segera aku lupa begitu aku selesai membaca dan menutupnya. Jadi apa gunanya membaca Al-quran jika tak memahami artinya?"
Sang kakek dengan tenang sambil meletakkan batu-batu di perapian, memjawab pertanyaan sang cucu, “Cobalah ambil sebuah keranjang batu ini dan bawa ke sungai, dan bawakan aku kembali dengan sekeranjang air.”
Anak itu mengerjakan seperti yang diperintahkan kakeknya, tetapi semua air yang dibawa habis sebelum dia sampai di rumah. Kakeknya tertawa dan berkata, “Kamu harus berusaha lebih cepat lain kali.“ Kakek itu meminta cucunya untuk kembali ke sungai bersama keranjangnya untuk mencoba lagi. Kali ini anak itu berlari lebih cepat, tapi lagi-lagi keranjangnya kosong sebelum sampai di rumah.
Dengan terengah-engah dia mengatakan kepada kakeknya, tidak mungkin membawa sekeranjang air dan dia pergi untuk mencari sebuah ember untuk mengganti keranjangnya. Kakeknya mengatakan : “Aku tidak ingin seember air, aku ingin sekeranjang air. Kamu harus mencoba lagi lebih keras.”
Si kakek pergi ke luar untuk menyaksikan cucunya mencoba lagi. Pada saat itu, anak itu tahu bahwa hal ini tidak mungkin, tapi dia ingin menunjukkan kepada kakeknya bahwa meskipun dia berlari secepat mungkin, air tetap akan habis sebelum sampai di rumah. Anak itu kembali mengambil dan mencelupkan keranjangnya ke sungai dan kemudian berusaha berlari secepat mungkin, tapi ketika sampai di depan kakeknya, keranjang itu kosong lagi.
Dengan terengah-engah, ia berkata : “Kakek, ini tidak ada gunanya. Sia-sia saja”.
Sang kakek menjawab : “Nak, mengapa kamu berpikir ini tak ada gunanya? Coba lihat dan perhatikan baik-baik keranjang itu .”
Anak itu memperhatikan keranjangnya dan baru ia menyadari bahwa keranjangnya nampak sangat berbeda. Keranjang itu telah berubah dari sebuah keranjang batu yang kotor, dan sekarang menjadi sebuah keranjang yang bersih, luar dan dalam.
”Cucuku, apa yang terhadi ketika kamu membaca Qur’an? Boleh jadi kamu tidak mengerti ataupun tak memahami sama sekali, tapi ketika kamu membacanya, tanpa kamu menyadari kamu akan berubah, luar dan dalam. Itulah pekerjaan Allah dalam mengubah kehidupan kamu."

Referensi : eramuslim.com

Sumber : Rumah Rohis
Baca Selengkapnya

HaPe Berdering saat Sholat

Muslim Muda terkadang kita sementara sholat, eh…tiba – tiba sebuah Handphone berdering. Tak tanggung-tanggung nada deringnya berupa musik favorit dari band favoritnya. Waduh, otomatis para jama’ah akan terganggu. Lalu bagaimana pula jika tidak sengaja?
Berikut ini fatwa dari Syaikh Abdullah Al Faqih tentang hal ini.
Setiap muslim wajib untuk bertaqwa kepada Allah dalam setiap hal. Wajib pula bagi kaum muslimin untuk berusaha khusyuk dalam shalat dengan menjauhkan hal-hal yang bisa memalingkan hatinya  dari kesibukan shalat. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berkata:


إن في الصلاة لشغلا
“Sungguh, shalat itu sangatlah sibuk” (Muttafaqun ‘Alaih)
Diantara usaha untuk mencapai kekhusyukan adalah mematikan handphone, atau membuatnya silent. Karena jika tidak demikian, handphone tersebut bisa menimbulkan kegelisahan bagi jama’ah shalat atau bahkan gangguan. Jika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam saja pernah teralihkan perhatiannya gara-gara sebuah khamishah (selimut hitam) sehingga berkurang kekhusyukan beliau, maka bagaimana lagi dengan suara ringtone yang nyaring dan mengganggu tersebut? Tidak ragu lagi bahwa ringtone tersebut lebih menganggu dan lebih mengurangi kekhusyukan.

Jika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, sebagaimana dalam riwayat Imam Ahmad, beliau melarang kita mengeraskan suara bacaan Qur’an kita ketika ada yang sedang shalat, maka bagaimana lagi dengan suara ringtone handphone?

Maka, jika seseorang sengaja tidak mematikan -atau tidak mengeset silent- handphone-nya, ia telah melakukan perbuatan yang paling minimal makruh hukumnya. Dan bahkan terkadang bisa sampai kepada tingkatan haram.

Namun jika memang lupa untuk mematikannya, maka tentu tidak ada dosa baginya. Lalu, yang semestinya ia lakukan adalah segera mematikan suara handphone-nya, walaupun sedang shalat. Karena beberapa gerakan kecil ini sama sekali tidak mempengaruhi keabsahan shalatnya.

Dikutib muslim.or.id dengan perubahan seperlunya. Fatwa lebih lengkap silahkan lihat di
disini
 
Sumber : Rumah Rohis
Baca Selengkapnya

Selasa, 17 Mei 2011

Wahai Akhwat, jagalah Suaramu!

Anugerah kecantikan yang Allah berikan kepada wanita dari berbagai sisinya dapat menimbulkan dampak kebaikan dan keburukan baik untuk dirinya sendiri atau lawan jenisnya. Bak mutiara indah yang senantiasa menebarkan kilauannya. Namun kilauan itu juga dapat menjadi ladang kemaksiatan jika tidak dijaga oleh pemiliknya seperti dicuri atau dirampas. Begitu pula keindahan dari seorang wanita akan mengundang keburukan jika tidak dijaga dengan baik. Keburukan yang akan timbul antara lain munculnya fitnah dari dalam dirinya. Sebagaimana telah disabdakan oleh Rosululloh ShollAllahu ‘Alaihi Wa salam, bahwa Wanita adalah salah satu perhiasan dunia yang bisa menjadi FITNAH.

“Tidaklah ada fitnah sepeninggalanku yang lebih besar bahayanya bagi laki-laki selain fitnah wanita. Dan sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa bani Israil adalah disebabkan oleh wanita.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim no 2740 [97])
“Hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama kali yang menimpa bani isroil disebabkan oleh wanita.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim no 2742 [99])
Segala keindahan yang terdapat dalam diri seorang wanita harus dijaga, bahkan hal yang dianggap remeh pun seperti “suara”. Tanpa pernah kita sadari, suara juga bisa mendatangkan fitnah, meskipun suara itu keluar bukan dimaksudkan secara khusus untuk melagukannya atau untuk menarik perhatian. Untuk itu Allah telah melarang kaum Hawa untuk berlemah lembut dalam berbicara dengan laki-laki agar tidak timbul keinginan orang yang didalam hatinya terdapat penyakit seperti firman-Nya:
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara dengan mendayu-dayu sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (Al Ahzab: 32)
Saudariku, ayat ini turun untuk memperingatkan kita agar lebih berhati-hati dalam mengeluarkan suara kita. Allah juga melarang wanita untuk tidak berkata dengan lemah lembut dengan laki-laki yang bukan mahromnya, Peringatan itu pun semula Allah turunkan untuk Laki-laki di zaman Nabi yang kita tahu bahwa keimanan mereka lebih kuat dan akhlaknya lebih bagus daripada laki-laki di zaman sekarang.
Maka dari itu berbicaralah seperlunya saja dengan laki-laki yang bukan mahrom. Jika memang ada keperluan yang sangat darurat maka berbicara dibalik tabir itu lebih baik, seperti perintah Allah kepada kaum mukmin tatkala meminta sesuatu dengan wanita yang bukan mahrom dari balik tabir, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka (isteri-isteri nabi), Maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al Ahzab: 53)
Wahai ukhti, jagalah suara kita agar tidak menjadi fitnah yang besar bagi kaum Adam. Semoga Allah mengampuni kita semua wahai saudariku dengan keindahan-keindahan yang mengandung fitnah ini. Janganlah kita berbangga hati dengan keindahan yang kita punyai karena sesungguhnya di balik keindahan tersebut terdapat ujian bagi kita. Wallahu a’lam bisshowab

Maraji’:
Fatwa-Fatwa Ulama, Nasihat ulama Besar untuk Wanita Muslimah

Sumber : Rohis Ikramnuh
Baca Selengkapnya

Senin, 16 Mei 2011

Tips Terhindar dari Aliran SESAT

Muslim Muda...aliran sesat silih berganti kemunculannya. Barusan, geger ahmadiyah yang merupakan pengikut Mirza Ghulam Ahmad, sempat menyedot konsentrasi kita dan hingga saat mi masalahnya pun masih belum kelar. Padahal pada tahun 2008 lalu Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan daftar sembilan aliran kepercayaan yang dianggap menyesatkan,termasuk di dalamnya ahmadiyah. Melum lenyap Ahmadiyah muncul lagi aliran sesat lainnya yaitu NII (Negara Islam Indonesia)
Muslim Muda, jangan sampai kita terjebak dalam aliran sesat tersebut.  Berikut tips agar tidak terjatuh pada aliran sesat
Aliran sesat wajib dijauhi dan ditolak lantaran sangat berbahaya,karena menyangkut aqidah seorang Muslim. Maka kudu ada upaya keras untuk menangkalnya, diantaranya:

1.Kembali Kepada Al Qur’an dan Sunnah Nabi.
Nggak cukup kembali kepada kitabullah(Al Qur’an) dan sunnah nabi semata, namun kudu dibarengi dengan pemahaman para sahabat , tabi’in dan at ba’ut tabi’in. Allah telah menjamin kelurusan Kitabullah dan kesesatan bagi pengikut Rasulullah seperti pada firman-Nya kepada beliau,


”Sesungguhnyaengkau(Muhammad) men unjukkan kepada jalan yang lurus.” (As Syuura:52)
Tetapi ada perkara yang menjadikan sebagian manusia menyimpang dan jalan-Nya, yaitu mereka lupa terhadap satu elemen penting yang telah disebutkan dalam Al Qur’an dan as-Sunnah bersama-sama. Yaitu memahami Al Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman Salafus Shalih (para sahabat , tabi’in dan at ba’ut tabi’in). Di dalam surat aI-Fatihah mencakup tentang hal ini dengan penjelasan yang sangat sempurna. Firman Allah
 “Tunjukilah kami kejalan yang Lurus.”(Al-Fatihah :6)
Ayat ini telah mencakup dua rukun, yakni Al Qur’an dan as-Sunnah, Kemudian di dalam firman-Nya,
“jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat atas mereka.”(Al Fatihah :7)
Jalan disini adalah jalannya para Sa!afshalih. Memang tidak seorangpun merasa ragu bahwa barangsiapa yang berpegang teguh dengan Al qur’an dan as-Sunnah, berarti dia telah mendapatkan petunjuk yang Iurus.Akan tetapi pemahaman manusia terhadap Al Qur’an dan as-Sunnah ada yang benar dan ada yang keliru. Hal itu mengharuskan adanya unsur ketiga yaitu mengikatkan pemahaman kita dengan pemahaman salafus Shalih (orang-orang terdahulu). Makanya perlu sekali kita memegang kuat al Quran dan sunnah dengan pemahaman Salafus shalih agar terhindar dan pemahaman yang menyimpang.

2.Menuntut ilmu Agama
Orang yang memiliki ilmu akan dengan mudah mengetahui kesalahan dan kebatilan. Sebaliknya orang bodoh akan ilmu agama Nya disebutkan oleh Allah sebagai seorang yang buta yang tidak bisa melihat kebenaran dan kebaikan. Allah berfirman,
“Apakah orang yang men getahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dan Rabbmu adalah aI-haq (kebenaran) sama dengan orang yang buta? (tidak men getahui ai-haq).” (Ar-Ra’d: 19).
Karenanya menjadi begitu urgen mempelajari ilmu syar’i(agama) untuk mengetahui kebenaran dan kesalahan dalam beragama.

3.Berdoa
Senjata terakhir setiap hamba adalah berdoa kepada Allah  agar senantiasa berjalan diatas jalan yang lurus. Bebas dari penyimpangan dan kesesatan. Doa selalu ditetapkan dalam hidayah menjadi faktor terpenting, terlebih dalam menghadapi kerancuan dan fitnah dalam beragama.Makanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam selalu berdoa, “Wahal Dzat yang membolak-balikkan hati tetapkanlah hatiku diatas agama-Mu dan wahai Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hatiku diatas ketaatan kepada-Mu.
ltulah beberapa hal yang bisa membantu kita mengenali kebenaran dan kesesatan.
Jalani kebenaran dan libas KESESATAN!
Referensi : majalah elfata

Sumber : Rumah Rohis
Baca Selengkapnya

Minggu, 15 Mei 2011

Dokter Itu Kini Telah Tiada...Namun Resepnya Masih Tetap Menyembuhkan!

Ungkapan diatas tidaklah berlebihan untuk ditujukan kepada “dokter”-nya seluruh ummat manusia, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam…(asal jangan ditujukan kepada ustadz saya yang juga seorang dokter, karena beliau masih hidup alias masih ada…-semoga Allah senantiasa membimbingnya-)


Bicara tentang kesehatan dan penyakit, tentunya tidaklah lepas dari petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Karena segala yang kita lihat, kita rasa dan kita alami kesemuanya adalah makhluk ciptaan-Nya. Begitu pula dengan pengetahuan tentang kesehatan, yang merupakan salah satu cabang ‘ilmu dari bilangan tak terhingga dari ‘ilmu-‘ilmu dan pengetahuan Allah ‘Azza wa Jalla, yang di-ilhamkan kepada manusia…

“Katakanlah : ‘Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.” [QS. Al Kahfi : 109]…Masya Allah, Laa Hawla wa laa quwwata illah billah

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, yang artinya : “Muslim yang kuat lebih baik dari muslim yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan” (HR. Imam Muslim, Ibnu Majah & Imam Ahmad)

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diatas telah menerangkan secara singkat dan jelas, bahwa seorang muslim (idealnya) haruslah memiliki “kesehatan” yang meliputi setiap ruang lingkup kehidupannya (“kesehatan” Internal maupun Eksternal). Baik kesehatan fisik, ekonomi, akal dan mental, serta jiwa, terlebih lagi dengan kesehatan keimanannya…Masya Allah !
Sabda (baca : resep) yang begitu singkat namun memiliki kedalaman makna yang paripurna…

Contoh kecil, didalam islam kita dianjurkan untuk senantiasa menjaga kebersihan tubuh, seperti bersuci (wudhu’) dan mandi agar tubuh kita senantiasa sehat dan bugar. Yang juga berimplikasi kepada kesehatan jiwa kita. Begitupun dengan diperintahkannya kita untuk mencari rezki dengan jalan yang halal. Dimana rezki itu akan mempengaruhi perjalanan hidup, kebersihan jiwa dan juga kesempurnaan iman kita. Dan tentu kaitan antara iman dan mencari rezki yang halal sangatlah erat tak terpisahkan.

Islam pun melarang atau mengharamkan KHAMR, MIRAS atau NARKOBA dan segala jenisnya atau apapun istilah lainnya. Tentu bukan sekedar pelarangan, disana terdapat salah satu hikmah yang begitu besar. Yaitu hikmah terjaganya kesehatan akal manusia. Karena islam sangatlah melindungi dan menghargai kesehatan akal bagi setiap manusia.

Adapun ajaran islam itu sendiri adalah sumber dan sekaligus metode untuk memperoleh kesehatan (baca : keselamatan), baik kesehatan di dunia maupun kesehatan di akhirat kelak.

Sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman, yang artinya : “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi islam itu sebagai agama bagimu.” [QS. Al Maaidah : 3]

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain seakan-akan mengingatkan kita, atas kelalaian diri dan jiwa kita...,yang artinya : “Nikmat yang paling sering dilupakan oleh manusia adalah nikmat waktu luang dan kesehatan.” (HR. Imam Bukhari, Tirmidzi & Ibnu Majah, Imam Ahmad, Ad Darimi)

Itulah dua diantara bilangan tak terhingga dari nikmat yang dikaruniakan Allah ‘Azza wa Jalla yang sering kita lalaikan. Entah sudah berapa banyak dari dua puluh empat jam untuk setiap hari yang kita miliki telah terbuang percuma. Adakah diantara detik, menit dan jam-jam yang kita jalani setiap hari, kita gunakan untuk menjadi “Pelayan Islam” ? atau malah menjadi “Pelawan Islam” ...wallahu a’lam.

Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman, yang artinya : “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” [QS. Alam Nasyrah : 7]

Efisiensi penggunaan atau pemanfaatan waktu pun telah diajarkan dalam islam, berabad yang lalu ...Subhanallah !

Hal senada telah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat sabdanya, yang artinya : “Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang sedikit, akan tetapi dilakukan secara kontinyu (terus menerus).

Yaitu amalan yang dilakukan seirama dengan bergulirnya waktu yang kita lalui. Yang mana amalan tersebut akan membentuk pola hidup kita dalam proses kehidupan yang kita jalani. Dengan kata lain, ber-istiqomalah !

Sesuai firman Allah, yang artinya :“Dan tetap teguhlah sebagaimana diperintahkan kepadamu.” [QS. Asy Syura : 15]

Dan setiap muslim tertuntut untuk memberdayakan setiap potensi yang dimilikinya. Baik itu berupa potensi kesehatan ekonomi, fisik, pemikiran dan yang lainnya. Yang dipergunakan dalam membela dan meninggikan agama atau kalimat Allah. Dimana hal itu sangatlah perlu untuk disyukuri, karena ia telah terpilih sebagai seorang muslim. Yaitu seorang yang mengemban amanah dari Allah ‘Azza wa Jalla Sang Pemilik Alam.

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka (orang-orang kafir) kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang tertambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya (orang munafiq) ; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah, niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya.” [QS. Al Anfaal : 60]

Itulah sedikit pelajaran dari berbagai pelajaran yang telah Allah ajarkan. Baik dalam kitab-kitab-Nya maupun lewat lisan dan sirah kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman, yang artinya : "Katakanlah : 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Ali 'Imran : 31)

Maka cukuplah sepenggal kalimat ini yang pantas untuk kita renungi,
Dokter itu kini telah tiada…
Namun ”resep”-nya masih saja tetap menyembuhkan…


Sumber
Baca Selengkapnya

Rumah Rohis: SMS Dakwah Beredar di Kachak dan Sekitarnya

Baca Selengkapnya

Senin, 18 April 2011

Bertaqwa di Masa Tua

Bertaqwa kepada Allah bukan hanya di masa tua, bahkan juga harus di masa muda. Namun tentunya ketaqwaan lebih ditingkatkan lagi di masa tua berdasarkan hadits-hadits shohih !! Bukan berdasarkan hadits palsu ini:

إِذَا أَتَى عَلَى الْعَبْدِ أَرْبَعُوْنَ سَنَةً يَجِبُ عَلَيْهِ أَنْ يَخَافَ اللهَ تَعَالَى وَيَحْذَرَهُ

"Jika telah datang (lewat) 40 tahun pada diri seorang hamba, maka wajib baginya untuk takut dan khawatir kepada Allah -Ta’ala- ". [HR. Ad-Dailamiy dalam Al-Firdaus (1/89)]

Hadits ini palsu, karena ada rowi dalam sanadnya yang bernama Ahmad bin Nashr bin Abdillah yang dikenal dengan Adz-Dari’. Dia adalah seorang pemalsu hadits, pendusta, dan dajjal. Karenanya, Al-Albaniy Al-Atsariy menyatakannya palsu dalam Adh-Dho’ifah (2200)

Sumber : Hadits Dhoif Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 63 Tahun II. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Dewan Redaksi : Santri Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Dzikro. Untuk berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201). (infaq Rp. 200,-/exp)
http://almakassari.com/?p=269
Baca Selengkapnya

Kamis, 07 April 2011

Permasalahan Seputar Riba

Masalah 1: Hukum Menyimpan Uang di Bank
Al-Lajnah Ad-Da`imah menjawab (13/345):
“Menyimpan uang di bank dan semisalnya dengan permintaan atau tempo tertentu untuk mendapatkan bunga sebagai kompensasi dari uang yang dia tabung adalah haram.
(Demikian juga) menyimpan uang tanpa bunga di bank-bank yang bermuamalah dengan riba adalah haram, sebab ada unsur membantu bank tersebut bermuamalah dengan riba dan menguatkan mereka untuk memperluas jaringan riba. Kecuali bila sangat terpaksa karena khawatir hilang atau dicuri, sementara tidak ada cara lain kecuali disimpan di bank riba. Bisa jadi dia mendapatkan rukhshah (keringanan) dalam kondisi seperti ini karena darurat…”
Jawaban senada juga disampaikan secara khusus oleh Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah. Lihat Fatawa Ibn Baz (2/194) dan Fatawa Buyu’ (hal. 127). Periksa pula Fatawa Al-Lajnah (13/346-347, dan 13/376-377).

Masalah 2: Apakah Bunga Bank termasuk Riba?
Al-Lajnah Ad-Da`imah menjawab (13/396-397):
“Riba dengan kedua jenisnya: fadhl dan nasi`ah, adalah haram berdasarkan Al-Kitab, As-Sunnah, dan ijma’. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda.” (Ali ‘Imran: 130)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman pula:

وَأَحَلَّ اللهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Al-Baqarah: 275)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman juga:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ. فَإِنْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللهِ وَرَسُولِهِ

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kalian orang-orang yang beriman. Maka jika kalian tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangi kalian." (Al-Baqarah: 278-279)
Disebutkan dalam hadits yang shahih bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba, yang memberi riba, penulis, dan kedua saksinya. Sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

هُمْ سَوَاءٌ

“Mereka semua sama.”
Dengan demikian diketahui bahwa bunga yang diberikan kepada nasabah berupa persentase dari uang pokoknya, baik itu per pekan, bulanan atau tahunan, semuanya termasuk riba haram yang terlarang secara syar’i, baik persentase ini berfluktuatif maupun tidak (suku bunga flat)….”
Al-Lajnah Ad-Da`imah juga pernah ditanya: “Apa hukum penambahan nominal yang diambil oleh bank?”
Mereka menjawab (13/349): “Faedah (bunga) yang diambil bank dari nasabah dan bunga yang diberikan bank kepada nasabah adalah riba yang telah tetap (pasti) keharamannya berdasarkan Al-Kitab, As-Sunnah, dan ijma’.”

Masalah 3: Bolehkah Mengambil Bunga Bank (Riba)?
Al-Lajnah Ad-Da`imah menjawab (13/354-355):
“Bunga harta yang riba adalah haram. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَحَلَّ اللهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Al-Baqarah: 275)
Wajib atas pihak yang di tangannya ada sesuatu dari bunga tersebut untuk berlepas diri darinya, dengan cara menginfakkannya untuk hal yang bermanfaat bagi kaum muslimin. Di antaranya adalah membangun jalan, membangun sekolah, dan memberikannya kepada faqir miskin. Adapun masjid, tidak boleh dibangun dari harta riba. Dan tidak diperbolehkan bagi seorangpun untuk mengambil bunga bank, tidak pula terus-menerus mengambilnya….”
Fadhilatusy Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullahu mempunyai fatwa yang panjang tentang masalah ini. Kita nukilkan di sini karena hal ini sangat penting.
Beliau ditanya: "Ada seorang pemuda yang tengah studi di Amerika. Dia terpaksa menyimpan uangnya di bank riba. Konsekuensinya, pihak bank memberinya bunga. Apakah boleh baginya mengambil dan memanfaatkannya untuk hal-hal yang baik? Sebab bila tidak diambil akan dimanfaatkan oleh pihak bank."
Beliau menjawab:
"Pertama, tidak dibolehkan bagi seseorang untuk menyimpan uangnya di bank-bank tersebut, karena pihak bank otomatis akan mengambil dan memanfaatkan uang itu untuk usaha. Perkara yang telah dimaklumi, kita tidak diperkenankan memberi wewenang kepada pihak kafir atas harta kita, yang mana mereka akan menjadikannya sebagai (modal) usaha. Namun bila kondisinya darurat, khawatir hartanya dicuri atau dirampas, bahkan berisiko hilangnya nyawa demi mempertahankannya, maka tidak mengapa dia menyimpan uangnya di bank-bank tersebut karena darurat.
Namun, bila dia menyimpannya (di bank itu) karena darurat, dia tidak boleh mengambil apapun sebagai ganti. Haram atasnya untuk mengambil sesuatu (faedah). Bila dia mengambilnya maka itu adalah riba. Bila itu adalah riba, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ. فَإِنْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوْسُ أَمْوَالِكُمْ لاَ تَظْلِمُوْنَ وَلاَ تُظْلَمُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kalian orang-orang yang beriman. Maka jika kalian tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangi kalian. Dan jika kalian bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagi kalian pokok harta kalian; kalian tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (Al-Baqarah: 278-279)
Ayat di atas secara tegas dan jelas menunjukkan bahwa kita tidak boleh mengambil sesuatupun darinya.
Pada hari Arafah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di depan massa yang besar dari kalangan kaum muslimin. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلاَ إِنَّ رِبَا الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوْعٌ

“Ketahuilah, bahwa riba jahiliyyah disirnakan.”
Riba yang telah sempurna transaksinya sebelum Islam, telah disirnakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Beliau juga bersabda):

وَأَوَّلُ رِبًا أَضَعُ مِنْ رِبَانَا رِبَا الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَإِنَّهُ مَوْضُوْعٌ كُلُّهُ

“Dan riba yang pertama kali aku sirnakan dari riba-riba kita adalah riba ‘Abbas bin Abdul Muththalib. Semuanya disirnakan.”
Bila anda mengatakan: “Bila uang (bunga) itu tidak diambil, mereka (orang kafir) akan mengambil dan menyalurkannya ke gereja-gereja serta membiayai perang untuk memusnahkan kaum muslimin.”
Jawabannya: Sesungguhnya bila anda melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan meninggalkan riba, maka apapun yang terjadi dari situ adalah tanpa sepengetahuan anda. Anda (hanya) dituntut dan diperintahkan untuk melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bila menimbulkan beberapa mafsadah, maka itu di luar kuasa anda. Anda memiliki perkara yang telah ditentukan dari Allah, yaitu:

اتَّقُوا اللهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا

“Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut)." (Al-Baqarah: 278)
Kedua, Anda katakan: Apakah bunga yang mereka berikan kepada saya termasuk uang saya?
Jawabannya: Itu bukan uang Anda. Sebab boleh jadi mereka mengembangkan uang tersebut dalam sebuah usaha lalu merugi. Maka bisa dipastikan bahwa bunga yang mereka berikan kepada anda bukanlah pengembangan dari uang anda.
Bisa pula mereka meraup keuntungan yang berlipat, namun mungkin pula tidak meraup keuntungan apa pun dari uang anda. Sehingga tidak bisa dikatakan: “Bila saya kuasakan sebagian uang anda kepada mereka maka mereka akan menyalurkannya ke gereja-gereja atau membeli persenjataan untuk memerangi kaum muslimin.”
Ketiga, kita katakan: Mengambil bunga berarti terjatuh kepada apa yang diakui sebagai riba. Orang tersebut akan mengaku di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala nanti pada hari kiamat bahwa itu adalah riba. Jika (sudah jelas) riba, maka mungkinkah seseorang beralasan bahwa itu untuk kemaslahatan, padahal dia meyakini bahwa itu adalah riba? Jawabnya: Tidak mungkin, sebab tidak ada qiyas bila dihadapkan kepada nash (dalil).
Keempat, apakah dapat dipastikan mereka menyalurkan uang tersebut kepada apa yang anda sebutkan, yaitu untuk kemaslahatan gereja atau untuk perlengkapan perang melawan kaum muslimin? Jawabnya: Tidak dapat dipastikan.
Bila demikian, kalau kita mengambil bunga tersebut, maka kita telah terjatuh pada larangan yang pasti untuk menghindar dari mafsadah yang belum pasti. Akalpun akan menolak hal ini, yakni seseorang melakukan mafsadah yang sudah pasti untuk menyingkirkan mafsadah yang belum pasti, yang mungkin terjadi dan mungkin pula tidak.
Sebab, boleh jadi pihak bank mengambilnya untuk kemaslahatan pribadi. Mungkin pula pihak karyawan bank yang mengambilnya untuk kemaslahatan mereka pribadi. Dan tidak dapat dipastikan bahwa uang tersebut disalurkan ke gereja-gereja atau untuk membiayai perang melawan kaum muslimin.
Kelima, sesungguhnya bila Anda mengambil apa yang disebut sebagai ‘bunga’ dengan niat menginfakkan dan mengeluarkannya dari hak milik anda, sebagai upaya untuk lepas darinya, maka sama saja anda melumuri diri anda dengan kotoran untuk diupayakan cara menyucikannya. Ini tidaklah masuk akal.
Justru kita katakan: Jauhilah kotoran tersebut terlebih dahulu sebelum anda terlumuri dengannya. Kemudian setelah itu upayakan cara menyucikannya.
Apakah masuk akal, seseorang berupaya agar pakaiannya terkena kencing dengan maksud membersihkannya bila telah terkena? Ini tidak masuk akal, selamanya, sepanjang anda meyakini bahwa bunga itu adalah riba, kemudian anda berupaya mengambil, mensedekahkan, dan berupaya melepaskan diri darinya.
Justru kita katakan: Jangan anda ambil bunga tersebut sama sekali dan bersihkan diri anda darinya!
Keenam, kita katakan: Jika seseorang mengambilnya dengan niat tersebut, apakah dia merasa yakin dapat mengalahkan hasrat jiwanya, berlepas diri darinya dengan menyalurkannya untuk sedekah dan kemaslahatan umum?
Sekali-kali tidak. Boleh jadi pada awalnya dia mengambil dengan niat tersebut, namun hatinya mengingatkan dan membisiki agar pikir-pikir dulu. Apalagi bila dia mendapati nominalnya ternyata sangat besar, 1 juta atau 100 ribu real, misalnya.
Maka awalnya dia punya azam (keinginan kuat), lalu menjadi berpikir-pikir, setelah itu pindahlah ke kantong pribadi.
Seseorang tidak boleh merasa aman dari bisikan dirinya. Terkadang dia ambil dengan niat tersebut, namun azamnya luntur tatkala melihat nominal uang yang sangat banyak. Dia pun berubah menjadi kikir dan akhirnya tidak mampu mengeluarkannya (sebagai sedekah).
Pernah diceritakan kepada saya, ada seseorang yang terkenal bakhil. Suatu hari dia naik ke loteng rumahnya dan meletakkan jarinya di telinganya seraya berteriak memanggil para tetangganya: “Selamatkan saya! Selamatkan saya!” Tetangganya pun tersentak kaget. Mereka berdatangan dan bertanya: “Ada apa denganmu, wahai Abu Fulan?” Diapun berkata: “Saya tadi telah memisahkan harta saya untuk saya keluarkan zakatnya. Namun saya dapati uang zakat tersebut sangat banyak. Hati kecil saya berkata: ‘Bila orang lain yang mengambilnya, maka hartamu akan berkurang.’ Maka tolonglah saya darinya.”
Ketujuh, sesungguhnya mengambil riba adalah tindakan tasyabbuh (menyerupai) orang Yahudi yang dicela Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:

فَبِظُلْمٍ مِنَ الَّذِيْنَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ كَثِيْرًا. وَأَخْذِهِمُ الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِيْنَ مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيْمًا

“Maka disebabkan kedzaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (An-Nisa`: 160-161)
Kedelapan, mengambil riba tersebut mengandung kemudaratan dan celaan terhadap kaum muslimin. Sebab ulama Yahudi dan Nasrani tahu bahwa Islam mengharamkan riba. Bila seorang muslim mengambilnya, mereka akan berkata: “Lihatlah kaum muslimin! Kitab suci mereka mengharamkan riba, namun mereka tetap mengambilnya dari kita.”
Tidak syak lagi, ini adalah titik lemah kaum muslimin. Bila musuh-musuh mengetahui bahwa kaum muslimin menyelisihi agamanya, maka mereka mengetahui dengan yakin bahwa ini adalah titik kelemahan. Karena kemaksiatan tidak hanya berdampak kepada pelakunya, tetapi juga kepada Islam secara keseluruhan.

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَ تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً

“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orangorang yang dzalim saja di antara kamu.” (Al-Anfal: 25)
Perhatikanlah! Para shahabat radhiyallahu ‘anhum adalah hizbullah dan pasukan-Nya, dan mereka bersama dengan sebaik-baik manusia, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, pada perang Uhud. Ada satu kemaksiatan yang terjadi pada mereka, lalu apa yang terjadi? Kekalahan setelah kemenangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي اْلأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّوْنَ

“Sampai pada saat kalian lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepada kalian apa yang kalian sukai.” (Ali ‘Imran: 152)
Kemaksiatan memiliki pengaruh besar terhadap keterbelakangan kaum muslimin, penguasaan musuh terhadap mereka, dan kekalahan di hadapan musuh-musuh mereka. Bila sebuah kemenangan yang ada di depan mata dapat hilang karena sebuah kemaksiatan, bagaimana kiranya dengan sebuah kemenangan yang belum terwujud?
Musuh-musuh Islam sangat bergembira bila kaum muslimin mengambil riba, walaupun di sisi lain mereka tidak menyukainya. Namun mereka bergembira, sebab kaum muslimin terjatuh dalam kemaksiatan, sehingga akan terkalahkan.
Maka, satu dari delapan mafsadah yang dapat saya singgung di sini sudah cukup untuk melarang mengambil bunga bank. Dan saya kira, bila seseorang mencermati dan mengamati masalah ini dengan seksama, dia akan mendapati bahwa pendapat yang benar adalah tidak boleh mengambilnya.
Inilah pendapat dan fatwa saya. Bila benar maka datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menganugerahkannya dan segala puji untuk-Nya. Namun bila salah maka itu dari pribadi saya. Tetapi saya mengharap bahwa pendapat tersebut benar, berdasarkan dalil-dalil sam’i (Al-Kitab dan As-Sunnah) dan hikmah-hikmah yang telah saya uraikan.” (Fatawa Asy-Syaikh Ibn ‘Utsaimin, 2/709-713, dinukil dari Fatawa Buyu’ hal. 120-124)
Beliau juga mempunyai fatwa senada dalam Liqa`at Babil Maftuh (2/138-141) pada liqa` yang ke-27. Wallahul muwaffiq.
Dalam permasalahan seseorang yang menyimpan uang di bank lalu ia tahu tentang haramnya riba, apakah ia harus mengambil uangnya saja atau beserta ribanya, terdapat perbedaan pendapat. Asy-Syaikh Al-Albani menyatakan dalam kaset Silsilatul Huda wa Nur (231), bahwa ada yang berpendapat riba tersebut tidak diambil secara mutlak adapula yang berpendapat boleh diambil dan diberikan kepada fuqara. Ada lagi yang berpendapat riba tersebut boleh diambil tapi jangan dimanfaatkan oleh dia secara pribadi. Namun riba tersebut hendaknya diberikan untuk pembuatan fasilitas umum yang dimanfaatkan oleh masyarakat secara bersama seperti jalan atau saluran air dan yang sejenisnya. (ed)

Masalah 4: Bolehkah membayar bunga yang diminta pihak bank dengan bunga yang diberikan pihak bank kepada kita?
Misalnya, meminjam uang di bank dengan bunga 5% per bulan, lalu dibayar dengan bunga dari uang yang disimpan di bank.
Al-Lajnah Ad-Da`imah menjawab kasus di atas (13/360-361): “Engkau menyimpan uang di bank dengan mengambil bunganya adalah haram. Dan engkau meminjam uang di bank dengan bunga juga haram. Maka tidak diperbolehkan bagimu untuk membayar bunga pinjaman yang diminta pihak bank dengan bunga yang diberikan pihak bank kepadamu karena tabunganmu.
Tetapi, yang wajib bagimu adalah berlepas diri dari bunga yang telah engkau terima dengan menginfakkannya dalam perkara-perkara kebaikan, untuk fakir miskin, memperbaiki fasilitas umum dan semisalnya. Dan engkau wajib bertaubat dan beristighfar serta menjauhi muamalah riba, karena hal itu termasuk dosa besar.”

Masalah 5: Bolehkah mengambil bunga bank untuk membayar pajak?
Al-Lajnah Ad-Da`imah menjawab (13/367): “Tidak diperbolehkan bagimu menyimpan uang di bank dengan faedah (bunga), untuk membayar pajak yang dibebankan kepadamu dari bunga tersebut, berdasarkan keumuman dalil tentang haramnya riba.”

Masalah 6: Hukum transfer uang via bank.
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu menjawab: "Bila sangat diperlukan transfer via bank-bank riba, maka tidak mengapa insya Allah, dengan dasar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلاَّ مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ

“Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kalian apa yang diharamkan-Nya atas kalian, kecuali apa yang terpaksa kalian memakannya.” (Al-An’am: 119)
Tidak syak lagi bahwa transfer via bank termasuk kebutuhan primer masa kini secara umum….” (Fatawa Ibn Baz, 1/148-150, lihat Fatawa Buyu’ hal. 138-139)

Masalah 7: Hukum muamalah dengan cabang-cabang bank yang tidak mengandung riba, sementara kantor pusatnya adalah bank riba.
Al-Lajnah Ad-Da`imah menjawab (13/374-375): “Tidak mengapa bila bermuamalah dengan bank atau cabangnya, bila muamalahnya tidak ada unsur riba. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Juga karena hukum asal muamalah adalah halal, dengan bank ataupun yang lainnya, selama tidak mengandung perkara yang haram…."

Masalah 8: Hukum bekerja di bank.
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu menjawab: "…Tidak diperbolehkan bekerja di bank seperti ini (bank riba), sebab termasuk ta’awun di atas dosa dan permusuhan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

“Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-Ma`idah: 2)
Disebutkan dalam Ash-Shahih dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau:

لَعَنَ آكِلَ الرِّبَا وَمُوْكِلَهُ وَكاَتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ: هُمْ سَوَاءٌ

“Melaknat pelaku riba, yang memberi riba, penulis dan kedua saksinya. Beliau berkata: ‘Mereka semua sama’.”
Adapun gaji yang telah anda terima, maka itu halal bagi anda bila anda tidak tahu hukumnya secara syar’i, dengan dasar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَأَحَلَّ اللهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيْهَا خَالِدُوْنَ يَمْحَقُ اللهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيْمٍ

"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa." (Al-Baqarah: 275-276)
Adapun bila anda tahu bahwa pekerjaan tersebut tidak diperbolehkan, maka wajib bagi anda untuk menyalurkan gaji yang telah anda terima untuk kepentingan-kepentingan kebaikan dan menyantuni fakir miskin, disertai dengan taubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Barangsiapa bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan taubat nasuha niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima taubatnya dan mengampuni kesalahannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا تُوْبُوْا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَصُوْحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kalian akan menghapus kesalahankesalahan kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (At-Tahrim: 8)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman pula:

وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ جَمِيْعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

“Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung.” (An-Nur: 31) [Fatawa Ibn Baz, 2/195-196]
Fatwa senada juga disampaikan Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin t, sebagaimana dalam Fatawa Buyu’ (hal 128-132), juga Fatawa Al-Lajnah (13/344-345).

Masalah 9: Berbisnis dengan modal uang haram.
Al-Lajnah Ad-Da`imah menjawab (13/41-42): “Pertama: Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyariatkan muamalah di kalangan kaum muslimin dengan akad-akad yang mubah, seperti akad jual-beli, sewa menyewa, salam, syarikah, dan semisalnya, yang mengandung kemaslahatan hamba.
Kedua: Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan sebagian akad karena mengandung unsur kemudaratan, seperti akad riba, asuransi bisnis, dan sebagian jual-beli barang haram seperti jual beli alat musik, menjual khamr, ganja dan rokok, karena mengandung beraneka macam kemudaratan.
Sehingga, setiap muslim wajib menempuh cara-cara mubah dalam mencari ma’isyah (penghidupan) dan usaha. Dan hendaklah dia menjauhi harta-harta yang haram dan cara-cara yang terlarang.
Bila Allah Subhanahu wa Ta’ala tahu kejujuran niat seorang hamba dan tekadnya mengikuti syariat-Nya, upaya terbimbing dengan Sunnah Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberi kemudahan atas segala urusannya dan akan melimpahkan rizki kepadanya dari arah yang tidak dia sangka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath-Thalaq: 2-3)
Dalam sebuah hadits:

مَنْ تَرَكَ شَيْئًا لِلَّهِ عَوَّضَهُ اللهُ خَيْرًا مِنْهُ

"Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan memberinya ganti yang lebih baik." (HR. Ahmad, 5/28)
Dengan demikian dapat diketahui bahwa tidak diperbolehkan bagi anda untuk berbisnis dengan modal uang haram, baik itu pemberian ayahmu ataupun dari yang lainnya.”

Masalah 10: Jual Beli Sistem Lelang
Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang masalah ini. Yang rajih adalah pendapat jumhur bahwa jual-beli system lelang pada dasarnya dibolehkan dan halal. Bahkan sebagian ulama menukilkan ijma’ dalam masalah ini, seperti Ibnu Qudamah dan Ibnu Abdil Barr.
Ini adalah pendapat Al-Lajnah Ad-Da`imah (13/126), dan Syaikhuna Abdurrahman Al-’Adni hafizhahullah dalam Syarhul Buyu’ (hal. 53).
Dalam sistem lelang, penjual tidak diperkenankan menyebutkan terlebih dahulu harga barang yang dilelang, karena dikhawatirkan ada orang yang mendengar dari jauh dan mengira barang itu dihargai dengan nominal tersebut. Namun para pembeli dikumpulkan, lalu salah satu dari mereka menyebutkan harga nominal harga. Kemudian sang penjual mengatakan: “Siapa yang mau menambah harga?” Demikianlah hingga harga barang tersebut berhenti pada orang terakhir yang menyebutkannya. (Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah, 13/120-121, dan Syarhul Buyu’ hal. 53)
Dalam lelang tidak boleh ada unsur najsy, yaitu adanya pihak yang menaikkan harga barang padahal dia bukan pembeli (tidak bermaksud membelinya). Al-Lajnah Ad-Da`imah menjelaskan: “Seseorang yang menambahi harga barang yang dilelang padahal dia tidak bermaksud membelinya, tindakan tersebut adalah haram karena mengandung penipuan terhadap para pembeli. Sebab pembeli akan mengira/meyakini bahwa orang tersebut tidak akan berani menambah harga melainkan karena memang barang itu seharga tersebut, padahal tidak demikian. Inilah yang dinamakan najsy yang dilarang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan larangan haram. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ النَّجْشِ

“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang najsy.” (Muttafaqun ‘alaih)
Juga dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَلَقَّوْا الرُّكْبَانَ وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلىَ بَيْعِ بَعْضٍ وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ يَبِعْ حَاضِرٌ لِبَادٍ

“Janganlah kalian mencegah kafilah dagang (sebelum masuk pasar). Jangan pula sebagian kalian membeli apa yang sedang dibeli orang lain. Jangan pula kalian saling najsy. Dan orang kota tidak boleh menjualkan barang orang dusun.” (Muttafaqun ‘alaih)
Bila terjadi najsy dan ada unsur penipuan dalam akad yang tidak seperti biasanya, maka sang pembeli diberi pilihan: membatalkan akad atau meneruskannya, sebab kasus di atas masuk dalam khiyar ghubn.”
Dalam lelang, tidak diperbolehkan bagi pembeli untuk bersepakat tidak menambah harga dan menghentikannnya pada nominal tertentu padahal mereka membutuhkannya, dengan tujuan agar penjual melepas barangnya dengan harga di bawah standar. Demikian uraian Syaikhul Islam dalam Al-Ikhtiyarat, lihat Majmu’ Fatawa (29/304).
Al-Lajnah Ad-Da`imah (13/114) juga melarang tindakan di atas dan menggolongkannya ke dalam akhlak yang tercela. Bagi pembeli yang merasa ditipu, dia boleh memilih antara membatalkan akad atau meneruskannya.
Dalam lelang, biasanya para pembeli melakukan sistem muqana’ah, yaitu bersepakat menjadi kongsi dalam lelang. Setelah lelang selesai, mereka melakukan transaksi lagi di antara mereka sendiri. Sistem ini juga tidak diperbolehkan. Demikian fatwa Al-Lajnah Ad-Da`imah (13/115), karena di dalamnya terkandung unsur kedzaliman terhadap penjual untuk kemaslahatan mereka sendiri.
Wallahu a’lam bish-shawab.

http://asysyariah.com/print.php?id_online=421
Baca Selengkapnya

Rabu, 06 April 2011

Tauhid, Yang Pertama dan Utama

Tidak ada keraguan lagi bahwasanya tauhid memiliki kedudukan yang tinggi bahkan yang paling tinggi dalam Islam. Tauhid merupakan hak Allah yang paling besar atas hamba-hamba-Nya, sebagaimana dalam hadits yang terkenal dari shahabat yang mulia Mu’adz bin Jabal Radhiyallah ‘anhu ketika Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam bertanya kepadanya :

( يا معاذ ، أتدري ما حق الله على العباد وما حق العباد على الله ؟ ) قلت : الله ورسوله أعلم ؟ قال : ( حق الله على العباد أن يعبدوه ولا يشركوا به شيئا، وحق العباد على الله أن لا يعذب من لا يشرك به شيئا )

“Wahai Mu’adz, tahukah kamu apa hak Allah atas hamba-hamba-Nya dan hak hamba-hamba-Nya atas Allah?” Mu’adz menjawab: Allah dan rasul-Nya yang lebih mengetahui. Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah mereka beribada kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


Makna Tauhid adalah :

Upaya menyerahkan segala bentuk ibadah hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla Pencipta alam semesta, serta menjauhkan semua bentuk peribadahan kepada selain-Nya. Tauhid merupakan agama setiap Rasul ‘alaihimus salam. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah mengutus mereka dengan membawa misi tauhid tersebut kepada setiap umat.

Di antara keutamaan tauhid adalah:

1. Tauhid merupakan pondasi utama dibangunnya segala amalan yang ada dalam agama ini.

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari shahabat ‘Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam bersab :

بُنِيَ الإِسْلامُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ وحَجِّ بَيْتِ اللهِ الحَرَام

“Agama Islam dibangun di atas lima dasar : (1) Syahadah bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) shaum di bulan Ramadhan (5) berhaji ke Baitullah Al-Haram.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

2. Tauhid merupakan perintah pertama kali di dalam Al Qur’an, sebagaimana lawan tauhid yaitu syirik yang merupakan larangan pertama kali di dalam Al Qur’an, yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala pada surat Al-Baqarah ayat 21-22 :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (21) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (22) [البقرة/21، 22]

“Wahai sekalian manusia, ibadahilah oleh kalian Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa. Yang telah menjadikan untuk kalian bumi sebagai hamparan, langit sebagai bangunan, dan menurunkan air dari langit, lalu Allah mengeluarkan dengan air tersebut buah-buahan, sebagai rizki bagi kalian. Maka janganlah kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui.” (Al-Baqarah: 21-22)

Dalam ayat ini terdapat perintah Allah “ibadahilah Rabb kalian” dan larangan Allah “janganlah kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah”.

3. Tauhid merupakan poros utama dakwah seluruh para nabi dan rasul, sejak rasul yang pertama hingga penutup para rasul yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alahi wa Sallam, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ [النحل/36]

“dan sungguh Kami telah mengutus pada setiap umat seorang rasul (yang menyeru) agar kalian beribadah kepada Allah dan menjauhi thaghut.” (An-Nahl: 36)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلاَّ نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُونِ (25) [الأنبياء/25]

“Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : bahwasanya tidak ada yang berhak untuk diibadahi melainkan Aku, maka beribadahlah kalian kepada-Ku.” (Al Anbiya’: 25)

4. Tauhid merupakan perintah Allah yang paling besar dari semua perintah. Begitu pula lawan tauhid, yaitu syirik, merupakan larangan paling besar dari semua larangan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ [الإسراء/23]

“Dan Rabbmu telah memutuskan agar kalian jangan beribadah kecuali kepada-Nya ” (Al Isra’: 23)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman pula:

وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا [النساء/36]

“Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (An Nisa’: 36)

Perintah untuk beribadah kepada Allah dan larangan berbuat syirik, Allah letakkan sebelum perintah-perintah lainnya. Menunjukkan bahwa perintah terbesar adalah Tauhid, dan larangan terbesar adalah syirik

5. Tauhid merupakan syarat masuknya seorang hamba ke dalam Al –Jannah (surga) dan terlindung dari An-Nar (neraka). Sebagaimana pula lawannya yaitu syirik merupakan sebab utama masuknya dan terjerumusnya seorang hamba ke dalam An Nar dan diharamkan dari Jannah Allah.

Allah berfriman:

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (72) [المائدة/72]

“Sesungguhnya barangsiapa yang menyekutukan Allah, maka Allah akan mengharamkan baginya Al Jannah dan tempat kembalinya adalah An-Nar dan tidak ada bagi orang-orang zhalim seorang penolongpun.” (Al Ma’idah: 72)

Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam bersabda:

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang mati dan dia mengetahui (berilmu) bahwa tidak ada ilah yang benar kecuali Allah, maka dia akan masuk ke dalam Al Jannah.” (HR. Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam bersabda pula sebagaimana yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu :

من لقي الله لا يشرك به شيئا دخل الجنة ، ومن لقيه يشرك به شيئا دخل النار

“Barangsiapa berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada-Nya dengan sesuatu apapun, dia akan masuk Al-Jannah dan barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan bebruat syirik kepada-Nya, dia akan masuk An Nar.” (HR. Muslim)

6. Tauhid merupakan syarat diterimanya amal seseorang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah berfirman:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (65) [الزمر/65]

“Sungguh telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan orang-orang (para nabi) sebelummu, bahwa jika kamu berbuat syirik, niscaya batallah segala amalanmu, dan pasti kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az-Zumar : 65)

Syirik merupakan sebab batal alias tertolaknya semua amalan. Maka lawan syirik, yaitu Tauhid merupakan syarat diterimanya amalan.

* * *

Dari penjelasan tentang keutamaan tauhid di atas, maka sangatlah jelas bahwa risalah para rasul adalah satu yaitu risalah tauhid. Tugas dan tujuan mereka adalah satu yaitu mengembalikan hak-hak Allah agar umat ini beribadah hanya kepada-Nya saja.

Ini merupakan dakwah para Rasul sejak rasul yang pertama yaitu Nabi Nuh ‘alahis salam hingga rasul yang terakhir yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alahi wa Sallam. Para rasul tersebut tidak hanya menuntut dari manusia agar mengakui dan mengimani bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala satu-satunya Dzat yang mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan, akan tetapi para rasul tersebut juga menuntut dari umat manusia agar mereka mengakui dan mengimani bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah satu-satu-Nya Dzat yang berhak dan layak untuk diibadahi, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam hak peribadahan. Yakni mentauhidkan Allah dalam beribadah.

Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam sebagai suri tauladan yang baik bagi kita, memulai dakwah beliau dengan tauhid selama 13 tahun di Makkah dan mengingkari peribadahan kepada selain Allah, baik peribadahan kepada nabi, malaikat, wali, batu, pohon, dan sebagainya yang dilakukan oleh bangsa arab dan lainnya. Demikian pula setelah beliau hijrah, berdakwah di Madinah selama 10 tahun, beliau terus melanjutkan dakwah menuju kepada tauhid.

Begitu pula ketika beliau Shallallahu ‘alahi wa Sallam mengutus para shahabatnya untuk mendakwahi umat manusia, beliau memerintahkan kepada mereka untuk awal pertama kali yang harus disampaikan adalah dakwah tauhid Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana ketika beliau mengutus Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu ke negeri Yaman, beliau Shallallahu ‘alahi wa Sallam bersabda:

فليكن أول ما تدعوهم إليه شهادة أن لا إله إلا الله . وفي رواية- : إلى أن يوحدوا الله

“Maka pertama kali yang engkau dakwahkan kepada mereka adalah persaksian bahwasanya tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah. Dan riwayat yang lain : dakwah agar mentauhidkan Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma)

Pada hadits ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwasanya tauhid adalah kewajiban pertama dan utama untuk disampaikan kepada manusia, di mana Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam memerintahkan kepada Mu’adz radhiyallahu ‘anhu untuk memulai dalam berdakwah dengan hal yang pertama dan utama untuk mereka.

http://www.assalafy.org/mahad/?p=329
Baca Selengkapnya